Musim hujan adalah musim yang sangat dinanti. Musim yang
selalu membawa harapan dan memuaskan dahaga tetumbuhan dan mahluk Tuhan di muka
bumi. Mungkin ini adalah realita masa lalu nenek moyang kita. Saat bumi masih
alami dan belum rusak oleh tangan tangan tidak bertanggungjawab. Seiiring
berjalannya waktu, perkembangan tenologi dan kecerdasan manusia yang kemudian
diwarnai dengan nafsu keserakahan, musim hujan kini bertransformasi menjadi
salah satu pemicu banjir dan bencana lainnya. Tentu saja ini bukan salah musim
hujan, ini murni kesalahan manusia, yang tidak bisa merawat dan menjaga
ekosistem yang ditempatinya.
Kalender tahun 2021 baru melewati bulan pertama, namun sudah
banyak dihiasi berita wabah dan bencana. Wabah Covid 19 yang belum juga reda,
Jatuhnya pesawat, tanah longsor, gunung meletus dan banjir hampir merata di
seluruh penjuru tanah air kita. Tentu saja semua musibah ini menguras banyak energy,
tenaga, materi dan air mata semua pihak.
Di sisi lain, dunia pendidikan juga mengalami bencana yang
tidak bisa dianggap enteng. Pandemi yang memaksa pemerintah membuat kebijakan
belajar dari rumah, mengharuskan
pendidik dan peserta didik belajar secara online, dan tidak dibenarkan
berkumpul di sekolah. Kegiatan belajar jarak jauh -yang meniadakan interaksi
langsung dan melarang hadir di sekolah- ternyata
membawa dampak serius bagi perkembangan mental peserta didik. Keterampilan akademik yang dapat dibaca di buku panduan memang mudah dipelajari, tetapi akhlak dan
budi pekerti lebih banyak mengandalkan contoh, praktik nyata, dan harus
dibiasakan berulang ulang, bukan sekedar dibaca dari text atau ditonton di
layar datar. Akibatnya, krisis moral meningkat, adap kepada guru dan orang tua mulai tergradasi dengan masiv.
Lantas bagaimana kabar sekolah tempat mencari ilmu yang
hampir setahun ditinggal penghuninya akibat pandemi? Rata rata sekolah
mengalami kerusakan karena jarang dihuni. Bangunan yang semula riuh rendah oleh
tawa canda siswa siswi berseragam, kini sepi tanpa penghuni dan banyak
ditumbuhi rumput liar, dihuni aneka hewan kecil dan -bisa jadi- mahluk astral.
Semoga saja pandemic segera berakhir agar mahluk mahluk itu tidak sampai
membangun peradaban baru di sekolah kita.
Banjir yang melanda Kabupaten Pasuruan telah memberikan
warna tersendiri di perkampungan dan tiap sudut sekolah yang disapanya. Seperti
di SDN Kalirejo 1 Kecamatan Bangil ini, tampak para Honorer dengan semangat dan
ikhlas membersihkan setiap sudut sekolah tempat mereka mengabdi. Mereka tak
takut kotor, tak peduli jika nanti setelah bersih bersih akan kelelahan atau
bagaimana. Dan tidak memikirkan apakah setelah ini ada upah atau imbalan bagi
mereka. Yang ada di benak mereka hanya semangat mengabdi, mendedikasikan semua
yang mereka mampu untuk mencerdaskan siswa, dan menjaga kebersihan sekolah.
Sebagian di SD yang lain tetap aktif membuat perangkat
pembelajaran dan memantau pelajaran siswa siswi mereka. Mereka ikhlas
melakukannya, tanpa tekanan atau paksaan. Melihat senyum mengembang di bibir
siswa siswa mereka saat berhasil menguasai pelajaran, sudah sangat berarti bagi mereka. Namun kadang keikhlasan
seperti ini malah dimanfaatkan. Entahlah bagaimana nasib sekolah dan pendidikan jika para honorer ikhlas
yang telah mengabdi bertahun tahun ini kemudian diabaikan lebih lama lagi. Semoga
saja segera ada titik terang.
Post a Comment